Ahlan Wa Sahlan




Assalamu'alaikum, sahabat. Silahkan melihat - lihat !! Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam.

Kamis, 05 November 2009

Montessori untuk Mandiri

Michelle Obama tengah menyaksikan anak-anak bermain di LAMB (Foto: Zimbio.com)

Di antara berbagai metode pengajaran sekolah usia dini, montessori terbilang populer. Metode belajar karya Maria Montessori ini bertujuan melatih anak untuk mandiri. Orangtua yang mempunyai anak usia sekolah mungkin pernah mendengar istilah montessori.

Maklum, saat ini telah banyak sekolah anak usia dini, terutama di perkotaan, yang menerapkan metode ini. Namun ketika ditanya, tak banyak orangtua yang mengetahui tentang apa sih sebenarnya montessori itu?

Menurut Koordinator Pengembangan Kurikulum "Twinkle Star", Lely Tobing, filosofi dari montessori adalah untuk melatih anak menjadi mandiri. Di samping membaca dan menulis, anak belajar segala aspek kehidupan, seperti minat, alam, dan science.

"Metode ini menekankan pada pembelajaran individu dengan tujuan melatih anak menjadi independen. Selain itu, harus ada ketertarikan yang spontan pada saat anak mengerjakan segala sesuatu. Mereka juga menyebut 'jam belajar' dengan 'jam bekerja', jadi istilahnya adalah working, bukan studying," papar wanita yang biasa disapa Lely ini.

Di luar negeri seperti Selandia Baru dan Singapura, sekolah full montessori biasanya memiliki montessori hour yaitu sekitar 3,5 jam. Satu jam awal merupakan peak hour (jam puncak), di mana anak secara maksimal menyerap segala sesuatu yang dipelajarinya.

"Untuk metode belajar sebenarnya dikategorikan active learning karena anak belajar sesuai dengan kemampuan dan minat si anak sendiri. Biasanya guru akan membuatkan perencanaan yang bersifat individual untuk setiap anak. Jadi walaupun anak berada pada kelas yang sama, aktivitasnya bisa berbeda-beda," papar lulusan London Montessori Center ini.

Ciri lain dari sekolah montessori adalah banyaknya penggunaan alat permainan dan educational game yang terbagi dalam lima area montessori (biasanya disebut corner), yaitu area practical life untuk pembelajaran aktivitas sehari-hari, area sensorial, bahasa, matematika, dan budaya. Setiap alat punya tujuan langsung dan tidak langsung, tapi bisa distimulasi dengan alat-alat itu.

Pengajaran dilakukan melalui tahapan pengenalan (introduction), progres, hingga si anak benar-benar mampu (master). Itulah sebenarnya yang disebut real montessori report, yaitu berdasarkan bagaimana si anak mampu menguasai alat-alat bermain yang ada dalam kelas montessori.

Keunikan montessori, rapornya tidak menggunakan sistem ranking, seperti angka atau nilai A, B, dan C. Selain itu, anak-anak tidak dipicu kompetisinya, karena tidak ada nilai atau ranking. Sekolah yang murni montessori juga tidak mengenal sistem hukuman dan imbalan (reward and punishment).

Jadi, anak-anak dikembangkan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Kalau si anak belum mampu, mereka akan dilatih terus dalam hal itu sampai benar-benar mampu.

"Inti pelajaran montessori adalah menjadikan anak mandiri. Bukan hanya dalam melakukan kegiatan sehari-hari, melainkan juga sebagai independent learner, anak yang mandiri dalam belajar," tandasnya.

Belajar Itu Harus Menyenangkan

Setiap individu itu berbeda, baik dalam hal minat maupun kemampuannya, dan perbedaan ini sangat dihargai di sekolah montessori. Metode montessori dalam pendidikan adalah sebuah model yang melayani kebutuhan anak-anak dari semua level, baik dalam hal kemampuan mental maupun fisik di mana mereka hidup dan belajar secara alamiah.

Pelaksanaan metode montessori selalu up-to-date dan dinamis. Observasi dan pembelajaran berlangsung secara kontinu dan spesifik untuk masing-masing anak. Untuk mengetahui karakter, kemampuan, dan minat anak, maka faktor penjiwaan sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh seorang pengajar.

Pengajar di sekolah montessori harus sangat kreatif dalam menyampaikan konsep materi. Ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pemandu yang harus mengetahui perkembangan masing-masing anak.

Montessori memiliki 3 dasar, yaitu observation (yang dilakukan melalui penjiwaan), private environment (5 area montessori), dan freedom to choose (kebebasan anak untuk memilih permainan).

Dalam metode montessori, pengetahuan tidak diajarkan satu arah, melainkan dengan respek dan konkret material sehingga anak merasakan itu seperti bukan pelajaran, melainkan permainan yang sebenarnya bersifat mendidik.(Koran SI/Koran SI/nsa)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Wah info yg menarik. Kebetulan saya sedang cari2 sekolah untuk anak saya. Skr dia msh sekolah di SD Negeri tp psikolognya menyarankan pindah ke swasta yg mengusung konsep active learning krn satu dan lain hal. Saya ada rencana ingin pindah ke Citayam. Apakah Pak Anda punya info alamat SD swasta di Citayam yg menggunakan metode ini?

Oya, silakan ya kalau mau mampir ke blogvsaya di www.siduobejo.blogspot.com

Thx.