Ahlan Wa Sahlan




Assalamu'alaikum, sahabat. Silahkan melihat - lihat !! Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam.

Sabtu, 14 November 2009

Menangani Tiks pada Anak

Menurut M. Ninik Handayani, S.Psi, TIKS itu adalah........

Aduuuh... jari tanganku kenapa ya??? Ilustrasi: Aria/dok.Mombi

Tiks adalah gerakan tubuh yang sekonyong-konyong, berulang-ulang, di mana otot-otot bergerak tanpa tujuan, tanpa sengaja, impulsif, dan terus menerus. Lazimnya, setelah kedipan mata, diikuti gerakan muka, leher, dan bahu mengalami Tiks.

Ada tiks otot dan ada tiks verbal. Tiks otot adalah gerakan. Tiks otot meliputi kerutan dahi, juluran lidah, batuk, sentakan kepala, mulut. Sementara, tiks verbal berupa suara yang diulang-ulang, kadang-kadan berupa pengulangan frase, misalnya "Eh, tahu, nggak?"

Rentan terhadap Anak Laki-Laki
Tiks lebih sering terjadi dalam kondisi tertekan dan lebih banyak diderita anak laki-laki. Biasanya tiks dimulai pada usia 4-12 tahun, dan paling sering terjadi di usia 7-9 tahun.

Penyebabnya antara lain: ketegangan, karakter orang tua yang pencemas, reaksi terhadap trauma, konflik yang tidak terselesaikan, serta sebab-sebab fisik.

Menangani Tiks
Berikut beberapa tips yang disampaikan M. Ninik Handayani, S.Psi., untuk menangani tiks pada anak.

1. Bantulah anak untuk mengekspresikan perasaannya dan membangun rasa percaya diri. Anak memerlukan figur yang dapat dipercayainya untuk membicarakan semua perasaan dan fantasinya tanpa ia harus merasa malu atau takut.

2. Ketegangan di dalam keluarga, seperti pertengkaran, peraturan yang kaku, sebisa mungkin dihindari. Akan jauh lebih baik bila orangtua menunjukkan kasih sayang kepada anaknya dan mengatakan bahwa segala sesuatu akan dapat diatasi.

3. Ketika anak baru menunjukkan gejala awal tiks, jangan mengomel ataupun membentak. Reaksi berlebihan terhadap tiks justru akan meningkatkan ketegangan anak, sehingga semakin membiasakan tiks tersebut. Sebaliknya, berikanlah rasa aman, dan bangunlah rasa percaya dirinya.

4. Berilah anak hadiah kecil untuk waktu-waktu yang dilaluinya tanpa tiks. Untuk menghindarkan anak merasa malu dan marah, bicarakan dengan bersikap santai. Orangtua tidak perlu menuntut anak untuk melakukan sesuatu pun atas tiks-nya.

5. Latihlah anak mengatasi kecemasan. Caranya dengan menunjukkan bagaimana otot-otot betul-betul rileks. Mula-mula mintalah anak menegangkan otot lalu mengendurkannya perlahan-lahan, begitu seterusnya sampai ia merasa lemas dan semakin lama anak mampu mempertahankan keadaan ini. Mintalah ia untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkannya untuk memudahkan timbulnya perasaan tenang.

6. Latihlah anak untuk menyadari dan mencatat frekuensi terjadinya tiks. Orangtua perlu menunjukkannya setiap kali tiks terjadi. Biasanya tiks akan berkurang atau bahkan menghilang dengan sendirinya.

7. Tiks dapat dihilangkan dengan cara melatih ‘munculnya’ tiks dengan sengaja dan kemudian sengaja pula menghentikannya. Lakukan sampai anak merasa lelah dan menganggap ini sebagai permainan. Lakukan minimal 3x seminggu, selama ½ jam.

8. Anak dilatih melakukan respons yang menyaingi kebiasaan tiksnya. Respons saingan ini harus membuat anak lebih menyadari kebiasaannya sekaligus menghalangi kebiasaan tersebut (tiks tidak dapat terjadi bila respons saingan dilakukan), serta dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan tidak mengganggu aktivitas normalnya. Misalnya, untuk tiks menyentakkan kepala, atau dagu ditekankan dalam-dalam ke dada.

9. Mintalah ia untuk mengamati dirinya sendiri di depan cermin dan sengaja melakukan gerakan tiks tersebut. Ajaklah anak membayangkan dirinya sendiri dalam berbagai situasi di mana ia terlibat di dalamnya tanpa melakukan tiks.

10. Ajari anak untuk meminta bantuan pada orang lain. Ini penting untuk mengingatkannya bila ia melakukan tiks. Kerabat dan teman-teman anak perlu membantunya dan memberi pujian atas usahanya serta betapa ia tampak lebih menyenangkan tanpa tiks. (Giana Lenggawati/Mombi)

Tidak ada komentar: