Ahlan Wa Sahlan




Assalamu'alaikum, sahabat. Silahkan melihat - lihat !! Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam.

Sabtu, 23 Agustus 2008

Membangkitkan 7 Potensi Kecerdasan Anak

Pada malam-malam musim salju, ayahku biasa membahagiakanku
dan saudara-saudara kandungku dengan permainan berburu harta karun. Sebuah
malam akan berakhir sempurna jika ditutup dengan dongeng. Lima
anak berkerumun mengelilingi ayah yang duduk di kursi malas yang besar, dan
dengan takjub, sang anak mendengarkan cerita-cerita ayah tentang Brighty of the Grand
Canyon, The Littlest Angel, atau Paddle-to-the- Sea. Pada saat-saat seperti itu, rasa-rasanya seluruh
isi dunia tenggelam di sekitar kursi malas tua berwarna biru-hijau.

Ya, kami memang
belajar dengan cara alami seperti layaknya anak-anak belajar. Pertama-pertama, tentu saja, dengan
mengamati, mencoba-coba, kemudian meniru. Sementara itu, ayah dengan lemah lembut menuntun
semua upaya kami. Tidak heran, jika saya keluar dari masa kanak-kanak dengan
sejumlah keahlian. Saya bisa melukis, menjahit, dan merancang perabot rumah.
Saya bisa membedakan bangunan bergaya Gothic dari bangunan bergaya Romawi Kuno.

Oh ya, saya juga
tahu bahwa bunga kamelia menyukai tepat yang teduh, sedangkan jagung tidak. Saya
tidak perlu banyak waktu untuk bersenang-senang. Asal ada sedikit waktu untuk
melihat-lihat dan menjelajah, saya akan mampu menyenangkan diri berjam-jam
secara kreatif dan produktif. Bagi saya, pikiran adalah alat untuk menciptakan
dan memecahkan berbagai permasalahan yang menarik.

Namun, yang lebih
menarik lagi dari semua itu, dalam diri saya tertanam enam keyakinan penting
yang memperkaya setiap jam masa dewasa saya. Keenam keyakinan penting tersebut
adalah:

Pertama, rasa ingin tahu adalah mainan terbaik yang pernah dijual di toko.

Kedua, masalah adalah peluang untuk menjadi cerdas.

Ketiga, jika kita ragu-ragu, cari segera informasi di dalam buku.

Keempat, jangan takut bertualang.

Kelima, parade merupakan kegiatan yang paling menarik dalam suatu kota, baik
ketika kiita memimpin marching band
atau ketika kita hanya menonton di pinggir jalan.

Keenam, kasih sayang dan minat yang sungguh-sungguh dari kedua orangtua merupakan
senjata yang ampuh untuk menghadapi semua tantangan hidup.

(Ternyata,
merujuk ke cerita di atas, belajar itu sangat mengasyikkan ya? Kisah di atas
dituturkan oleh Laurel Schmidt, penulis buku yang indah, Seven Times Smarter. Schimdt pernah menjadi guru dan kepala
sekolah. Buku karyanya, yang saya kutip itu, merupakan buku yang membahas multiple intelligences dari sudut
pandang seorang ibu---seorang ibu yang membuat rumah dan lingkungannya menjadi
ajang belajar yanhg sangat mengasyikkan bagi putra-putrinya dalam menumbuhkan
jenis-jenis kecerdasan sebagaimana diidentifikasi oleh Howard Gardner. Andaikan
sekolah-sekolah kita menjadikan keyakinan keenam yang ditulis Schimdt sebagai
dasar-utama pendidikan. Betapa mengasyikkan belajar di sekolah ya?)